1 pemegang IUP atau IUPK Operasi Produksi wajib menyusun rencana penambangan yang mengacu pada dokumen studi kelayakan yang sudah disetujui; 2 rencana penambangan meliputi rencana penambangan tahunan, triwulan, dan bulanan, 3 rencana penambangan triwulan dan bulanan dituangkan dalam rencana kerja teknis penambangan yang dapat diperiksa sewaktu-waktu oleh Inspektur Tambang; 4 rencana penambangan dan rencana kerja teknis penambangan paling kurang memuat i. letak dan geometri cadangan ii. sistem dan tata cara penambangan; iii. urutan penambangan yang meliputi lokasi, luas, elevasi penambangan, dan tata waktu; iv. urutan penimbunan batuan penutup yang meliputi lokasi, luas, elevasi, kapasitas penimbunan batuan penutup, dan tata waktu; v. metode pemberaian batuan penutup dan volume batuan penutup yang dibongkar; vi. metode pengangkutan di jalan pertambangan; vii. rencana produksi yang meliputi tonase/volume, kualitas/kadar, cut off grade, stripping ratio, dan mining recovery, serta sisa umur tambang; viii. urutan penumpukan komoditas yang meliputi lokasi, luas, kapasitas penumpukan, dan tata waktu; ix. sistem pengelolaan air tambang; x. sistem pengelolaan geoteknik; dan/atau xi. jenis, jumlah dan kapasitas peralatan; 5 urutan penambangan disajikan pada bentuk peta yang dilengkapi dengan penampang melintang cross section dan tabel yang berisi i. kemajuan dan arah penambangan; dan ii. lokasi, luas, dan elevasi blok. 6 urutan penimbunan batuan penutup disajikan dalam bentuk peta yang dilengkapi dengan penampang melintang cross section dan tabel yang berisi i. kemajuan dan arah penimbunan; dan ii. lokasi, luas, elevasi, dan kapasitas timbunan. 7 dalam hal pemberaian batuan penutup menggunakan metode peledakan, rencana peledakan paling kurang memuat a geometri dan dimensi pengeboran dan jumlah lubang ledak; b powder factor; c fragmentasi; dan d pola peledakan yang mempertimbangkan arah, hasil, dan dampak peledakan. 8 sistem pengelolaan air tambang disajikan dalam bentuk peta dan tabel yang memuat a saluran penyaliran dan arah penyaliran; b lokasi, dimensi, dan kapasitas fasilitas penampungan dan pengelolaan air tambang; c jumlah dan kapasitas pompa yang mempertimbangkan debit air tambang; dan d data curah hujan dan durasi hujan yang diukur secara terus-menerus sejak dimulainya kegiatan kontruksi; 9 sistem pengelolaan geoteknik paling kurang memuat a geometri dan dimensi bukaan tambang dan timbunan dan/atau lubang bukaan bawah tanah; b kriteria pergerakan; c metode dan jadwal pemantauan pergerakan lereng tambang dan timbunan dan/atau lubang bukaan bawah tanah; dan d tindak lanjut hasil pemantauan pergerakan lereng tambang dan timbunan dan/atau lubang bukaan bawah tanah. e peta potensi bahaya longsor hazard map berdasarkan hasil asesmen terhadap kondisi lereng dan peta mitigasi bahaya longsor yang paling kurang meliputi zona bahaya, zona aman, tempat berkumpul muster point, serta jalur evakuasi apabila terjadi kondisi bahaya; dan f dalam hal nilai faktor keamanan dan probabilitas longsor lereng tambang, faktor keamanan lereng timbunan dengan menggunakan kohesi dan sudut gesek residual, dan faktor keamanan lubang bukaan tambang bawah tanah tidak memenuhi nilai dalam studi kelayakan maka berdasarkan hasil kajian teknis yang paling kurang meliputi geometri dan dimensi bukaan tambang dan timbunan, umur pakai, faktor keamanan, upaya penguatan, rencana pemantauan dan tindak lanjut serta analisis risiko. 10 Pelaksanaan kegiatan penambangan dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten. a Mineral dan Batubara Dalam melaksanakan penambangan permukaan membuat rencana penambangan dan rencana kerja teknis penambangan paling kurang memuat i. metode dan tata cara penambangan; ii. sekuen penambangan; iii. pengembangan bukaan tambang; iv. sistem pengelolaan air tambang; v. sistem pengelolaan geoteknik; vi. rencana produksi meliputi tonase dan/atau volume, kualitas atau kadar, cut off grade, stripping ratio, dan mining recovery serta sisa umur tambang; dan/atau vii. jenis, jumlah dan kapasitas peralatan; b Mineral Bukan Logam dan Batubara i. urutan penambangan disajikan dalam bentuk peta yang paling kurang dapat menjelaskan lokasi, kemajuan, dan arah penambangan. ii. urutan penimbunan batuan penutup disajikan dalam bentuk peta yang paling kurang dapat menjelaskan lokasi, kemajuan, dan arah penimbunan; iii. sistem pengelolaan air tambang dan air larian yang paling kurang memuat saluran penyaliran, sistem penyaliran, dan penirisan air tambang; iv. sistem pengelolaan geoteknik memuat sekurangkurangnya geometri dan dimensi bukaan tambang dan timbunan, program pemantauan, dan mitigasi longsor; v. pelaksanaan kegiatan penambangan mineral bukan logam dan batuan mengacu yaitu dilakukan paling kurang oleh satu orang Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten. a Mineral dan Batubarai. Pembersihan Lahan Land Clearing; ii. Penanganan Tanah Pucuk iii. Pemberaian batuan rock breakage iv. Pengupasan Batuan Penutup v. Pengupasan Material Lumpur vi. Penimbunan Batuan Penutup di Luar Bukaan Tambang Out Pit Dump vii. Penimbunan Batuan Penutup di Dalam Bukaan Tambang In Pit Dump viii. Penimbunan Material Lumpur ix. Penggunaan Tanggul Laut Sea Dyke dalam Penambangan x. Pengalihan sungai xi. Pengalihan Jalan Umum xii. Penambangan Bersama Perbatasan WIUP xiii. Penempatan Batuan Penutup di Luar WIUP xiv. Penggalian Mineral dan Batubara xv. Lereng Penambangan xvi. Lereng Akhir Penambangan xvii. Pengelolaan Air Tambang xviii. Penumpukan Mineral dan Batubara xix. Jalan Pertambangan b Mineral Bukan Logam dan Batuan 1 Pengupasan Batuan Penutup Mineral Bukan Logam dan Batuan i. rencana kerja teknis penambangan untuk pengupasan batuan penutup pada mineral bukan logam dan batuan paling sedikit terdiri atas rencana bulanan; ii. geometri dan dimensi pengupasan batuan penutup berdasarkan rekomendasi dalam dokumen studi kelayakan yang telah disetujui; 2 Penggalian Mineral Bukan Logam dan Batuan i. dalam hal komoditas tambang bukan logam dan batuan difungsikan untuk kebutuhan industri maka mengacu pada ketentuan dalam penggalian komoditas tambang mineral dan batubara; ii. kemajuan penggalian didokumentasikan dalam bentuk peta yang dilaksanakan sekurang-kurangnya setiap bulan; 3 Lereng Penambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan Dalam hal ditemukan tanda-tanda dan/atau kejadian longsor paling kurang dilakukan i. langkah pengamanan terhadap lereng; ii. meningkatkan intensitas pemantauan pergerakan lereng; iii. memastikan kestabilan lereng dan tindak lanjut hasil pemantauan; dan iv. melakukan penyelidikan geoteknik dalam rangka memperbaharui rekomendasi geometri dan dimensi bukaan tambang yang ada; 4 Lereng Akhir Penambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan i. pengaturan geometri dan dimensi lereng akhir penambangan sesuai dengan dokumen studi kelayakan; ii. dalam hal terdapat perubahan geometri dan dimensi lereng akhir penambangan dari dokumen studi kelayakan yang telah disetujui, dapat menjelaskan rekomendasi geometri dan dimensi yang baru; iii. penjelasan perubahan rekomendasi geometri dan dimensi yang baru disampaikan kepada Kepala Inspektur Tambang; 5 Pengelolaan Air tambang dan Air Larian Mineral Bukan Logam dan Batuan i. jarak minimal fasilitas pengendapan ke tepi terluar penambangan berdasarkan kajian teknis; ii. dalam hal di area penambangan memotong akuifer, membuat penampungan air untuk dapat dimanfaatkan. 6 Penumpukan Mineral Bukan Logam dan Batuan Tempat penumpukan mineral Bukan Logam dan Batuan paling kurang dapat mempertimbangkan i. keberadaan area yang terdapat cadangan. ii. daya dukung terhadap tumpukan dan alat yang digunakan; iii. sistem penyaliran yang mampu mengalirkan debit air larian tertinggi; dan iv. kapasitas tempat penumpukan; 7 Penambangan dengan Kawat Gergaji Mineral Bukan Logam dan Batuan i. dalam hal dilakukan pemotongan batuan menggunakan kawat gergaji diamond wire sawing maka ditempatkan pada tempat yang datar; ii. pengeboran untuk lubang tempat kawat gergaji saling menyambung; iii. pemotongan batuan dengan kawat gergaji memperhatikan kekar dari batuan; iv. kekuatan dari kawat gergaji lebih kuat dari kekuatan batuan yang akan dipotong; v. besaran blok disesuaikan dengan rencana kerja teknis penambangan; 8 Pelaksanaan Penambangan pada Tambang Semprot Dalam melaksanakan penambangan bawah tanah membuat rencana penambangan dan rencana kerja teknis penambangan paling kurang memuat a metode dan tata cara penambangan; b sekuen penambangan; c pengembangan lubang bukaan tambang; d sistem ventilasi; e sistem pengelolaan air tambang; f sistem pengelolaan geoteknik; g sistem penyanggaan; h rencana produksi meliputi tonase dan/atau volume, kualitas atau kadar, cut off grade, minimum thickness, dan mining recovery serta sisa umur tambang; dan/atau i jenis, jumlah, dan kapasitas peralatan. 2 Sekuen penambangan, Pengembangan lubang bukaan, Sistem ventilasi, Sistem pengelolaan air tambang, Sistem pengelolaan geoteknik dan Sistem penyanggaan. a sekuen penambangan disajikan dalam bentuk peta dan tabel yang berisi kemajuan, sekuen, dan arah penambangan; lokasi, dimensi lubang bukaan, dan level lubang bukaan; b pengembangan lubang bukaan tambang bawah tanah mencakup paling kurang lokasi, dimensi, dan panjang bukaan jalan masuk; metode penerowongan; jumlah dan/atau volume dari batuan samping, batubara, dan/atau bijih tergali hasil penerowongan; c sistem ventilasi mencakup paling kurang kebutuhan dan kualitas udara setiap area; peralatan meliputi lokasi, jenis, jumlah, dan kapasitas peralatan ventilasi; jaringan ventilasi dalam bentuk peta yang mencakup debit dan arah aliran udara, jumlah dan lokasi pintu angin, serta jalur evakuasi keadaan darurat; pemeliharaan dan perawatan sarana ventilasi; pemantauan kualitas udara meliputi kelembaban, temperatur, kandungan gas oksigen, gas berbahaya dan/atau beracun, dan debu serta kuantitas udara meliputi kecepatan aliran dan volume; d sistem pengelolaan air tambang sekurang-kurangnya memuat peta pengelolaan air tambang yang mencakup paling kurang cebakan air, lokasi, elevasi, dimensi dan kapasitas fasilitas penampungan air tambang, dimensi saluran, dan arah penyaliran; jumlah dan kapasitas pompa utama dan cadangan yang mempertimbangkan debit air tambang terbesar ditambah 15% lima belas persen; pemeliharaan dan perawatan sarana pengelolaan air tambang; e sistem pengelolaan geoteknik memuat paling kurang geometri dan dimensi lubang bukaan; kriteria pergerakan; metode dan jadwal pemantauan pergerakan lubang bukaan; tindak lanjut hasil pemantauan pergerakan lubang bukaan; peta potensi bahaya runtuhan hazard map berdasarkan hasil asesmen terhadap kondisi lubang bukaan dan peta mitigasi bahaya runtuhan yang paling kurang mencakup zona bahaya, zona aman, tempat berkumpul muster point, serta jalur evakuasi apabila terjadi kondisi bahaya; dan pemutakhiran data geoteknik. f sistem penyanggaan menjelaskan paling kurang umur pakai bukaan; jenis dan tipe serta jumlah penyangga minimum; jarak antar penyangga; peralatan instalasi penyangga; quality assurance; pemantauan kestabilan penyangga; dan pemeliharaan dan perawatan. a Pembuatan Jalan Masuk b Lubang Bukaan c Penyanggaan d Ventilasi e Pengelolaan Air Tambang Bawah Tanah f Pengelolaan Lumpur wet muck g Longwall Mining h Penyangga Alami i Amblesan Permukaan Surface Subsidence a penambangan dengan metode tambang bawah air menggunakan Kapal Keruk. b dalam melaksanakan penambangan bawah air membuat rencana penambangan dan rencana kerja teknis penambangan paling kurang memuat 1 metode dan tata cara penambangan; 2 penambangan meliputi sekuen, lokasi, luas, kedalaman penggalian, blok, dan tata waktu; 3 pengelolaan waste meliputi lokasi, luas, kapasitas penimbunan waste, dan tata waktu; 4 metode penggalian batuan penutup dan volume batuan penutup yang dibongkar dan dipindahkan; 5 rencana produksi meliputi tonase dan/atau volume, kualitas atau kadar, cut off grade, mining recovery dan sisa umur tambang; 6 sistem pengelolaan air kerja dan akses/lintasan kerja; 7 jenis, jumlah dan kapasitas peralatan; c Penambangan dilengkapi dengan peta dan tabel yang berisi paling kurang 1 kemajuan dan arah penambangan; dan 2 lokasi, luas, dan kedalaman blok. a Kapal Keruk yang dioperasikan di pertambangan memiliki spesifikasi teknis dan memenuhi kriteria unjuk kerja peralatan yang meliputi physical availability PA, mechanical availability MA, utilization of availability UA, effective utilization EU, dan produktivitas; b dalam merencanakan lokasi penambangan kapal keruk yang beroperasi di laut mempertimbangkan kondisi cuaca sepanjang tahun, morfologi dasar laut, jalur lalu lintas kapal, dan bentuk endapan; c penempatan lokasi operasional sesuai dengan koordinat yang telah direncanakan dan telah ditetapkan oleh bagian survei; d koordinat yang telah ditetapkan diukur dengan menggunakan peralatan global navigation satellite system gnss; e posisi operasional kapal keruk dapat dipantau secara real time dan dipastikan tidak keluar dari WIUP; f dalam hal kapal keruk dioperasikan pada fasilitas pengendapan maka ketentuan pada huruf b, huruf c, dan huruf d dapat dikecualikan; g Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku penambangan bawah air dengan Kapal Keruk termasuk pemeliharaan dan perawatan; h Kapal Isap dan Ponton Isap Produksi 1 dalam hal pengoperasian kapal keruk dengan metode kapal isap dan ponton isap produksi mempertimbangkan jarak aman operasi antar kapal paling kurang sejauh jangkauan operasi; 2 dalam hal pengoperasian kapal keruk dengan metode ponton isap produksi paling kurang memenuhi persyaratan teknis, persyaratan operasional, rancang bangun dan tata cara operasional; a jenis, jumlah, dan kapasitas peralatan dilengkapi dengan informasi unjuk kerja peralatan; b peralatan utama dan peralatan pendukung memenuhi kelaikan teknis; c unjuk kerja peralatan meliputi ketersediaan fisik atau physical availability PA adalah persentase waktu ketersediaan yang dihitung berdasarkan perbandingan antara waktu kerja ditambah waktu tidak beroperasi/tunggu dibagi dengan waktu kerja ditambah waktu tidak beroperasi/tunggu dan waktu perbaikan. PA = [W+S/W+S+R] x 100%. Dimana W = Waktu kerja atau working hours jam, R = Waktu perbaikan atau repair hours jam, S = Waktu tidak operasi/tunggu atau standby hours jam ketersediaan mekanik atau Mechanical availability MA adalah persentase waktu ketersediaan yang dihitung berdasarkan perbandingan antara waktu kerja dibagi waktu kerja ditambah waktu perbaikan. MA = [W/W+R] x 100% .Dimana W = Waktu kerja atau working hours jam, R = Waktu perbaikan atau repair hours jam, utilization of availability UA adalah persentase waktu ketersediaan yang dihitung berdasarkan perbandingan antara waktu kerja dibagi waktu kerja ditambah waktu tidak operasi/tunggu. UA = [W/W+S] x 100%. Dimana W = Waktu kerja atau working hours jam, S = Waktu tidak operasi/tunggu atau standby hours jam effective utilization EU adalah persentase efektifitas penggunaan alat yang dihitung berdasarkan perbandingan antara waktu kerja dibagi waktu kerja ditambah waktu tidak operasi/tunggu dan waktu perbaikan. EU = [W/W+R+S] x 100% .Dimana W = Waktu kerja atau working hours jam, R = Waktu perbaikan atau repair hours jam, S = Waktu tidak operasi/tunggu atau standby hours jam. pencapaian produktivitas adalah aktual produksi per satuan waktu dibagi target produksi per satuan waktu dikali seratus persen. Pencapaian Produktivitas = [Produkivitas Aktual / Target Produksi] x 100% d Nilai unjuk kerja peralatan utama ketersediaan fisik atau physical availability pa peralatan tambang paling kurang 90% sembilan puluh persen; ketersediaan mekanik atau mechanical availability ma peralatan tambang paling kurang 85% delapan puluh lima persen; ketersediaan penggunaan atau utilization of availability ua peralatan tambang paling kurang 75% tujuh puluh lima persen; efektifitas penggunaan atau effective utilization eu peralatan tambang sekurang-kurangnya 65% enam puluh lima persen; pencapaian produktivitas peralatan tambang sekurang-kurangnya mencapai 85% delapan puluh lima persen dari target produktivitas yang telah ditetapkan; e dalam rangka menghindari antrian atau waktu tunggu maka match factor/keserasian alat muat dan angkut diupayakan mendekati satu; f dalam hal digunakan peralatan dengan teknologi baru, mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal; g peralatan utama tetap dilakukan pemeliharaan dan perawatan untuk mempertahankan nilai mechanical availability MA dari kondisi sejak tidak Alat Gali-Muat b Alat Angkut c Rope Haulage Derek dan Hoist d Load Haul Dump LHD e Truk Tambang Bawah Tanah Underground truck f Peralatan Pendukung Supporting Unit g Alat Gali Mekanis Kontinyu
Disuatu penampungan air,terdapat kebocoran seperti yang dilustrasikan pada gambar diatas, jika jarak lantai terhadap permukaan air setinggi 1m, dan tinggi lantai terhadap kebocoran air adalah 20 cm, hitunglah kelajuan air pada kebocoran tersebut .. (g =10 m/s2) A. 1 m/s B. 2 m/s C. 4 m/s D. 8 m/s E. 10 m/s 3.Unduh PDF Unduh PDF Pengumpulan air hujan bisa membantu lingkungan karena mengurangi jumlah air yang harus diekstrak dari dalam bumi atau diproses di fasilitas pengolahan air minum. Anda bisa mengurangi jejak karbon sekaligus tagihan air dengan cara menggunakan air hujan yang telah dikumpulkan untuk menyiram taman dan kebun, mencuci mobil, bahkan sebagai sumber air untuk keperluan rumah tangga setelah airnya disaring dengan layak. Volume air hujan yang bisa dikumpulkan dari rumah dengan luas atap 180 m2 rata-rata mencapai sekitar liter per tahun, tergantung lokasi rumahnya. Langkah-langkah berikut akan membantu Anda untuk mengumpulkan air hujan di halaman rumah. Langkah 1 Kumpulkan air hujan yang turun ke dalam tong, tangki polietilena besar, atau bahkan tangki kayu atau kaca serat fiberglass. Tong bisa Anda beli di toko material atau perkakas, atau bisa Anda buat sendiri. Tong umumnya dibuat dari bahan plastik dan bisa diletakkan di bawah talang untuk menampung air hujan yang mengucur dari atap rumah. Talang biasanya memiliki pipa yang menyalurkan air ke bawah. Anda bisa menyambungkan selang ke katup pipa dan menggunakan air untuk keperluan di halaman. Biasanya saluran air ini mengalir sesuai gravitasi. Artinya, Anda harus menggunakan pompa kalau hendak mengairi area yang lebih tinggi dari tong. Tong keluaran terbaru kebanyakan memiliki penutup untuk mencegah nyamuk, binatang, dan anak-anak menggunakan airnya. Tong air juga harus dipasang dengan kuat agar tidak sampai terbalik dan tumpah isinya. 2 Pasanglah sistem penampungan air hujan. Sistem penampungan air hujan juga disebut “sistem resapan air hujan” terdiri dari tangki besar yang ditanam di bawah tanah. Tangki akan menampung air hujan yang mengucur dari atap, menyaringnya, kemudian memompa air untuk kebutuhan di seluruh rumah. Anda bisa menggunakan air hujan untuk memasak, mandi, mencuci pakaian, menyiram tanaman, bahkan mencuci mobil. Sistem resapan air hujan ini terbilang mahal dan harus dipasang secara profesional. Anda juga harus memiliki pompa atau tangki bertekanan untuk mengalirkan air dari dalamnya. 3 Buatlah taman air hujan. Pembuatan taman air hujan sederhana bisa dilakukan dengan memanfaatkan air yang mengalir dari atap rumah atau talang. Dengan air tersebut, Anda bisa membuat taman air atau memanfaatkan air hujan untuk menyiram tanaman. Namun, air dari sistem taman air hujan tidak bisa digunakan untuk keperluan lain. Anda juga bisa menggunakan sistem taman air hujan untuk menutupi tangki penyimpanan serta pompa bawah tanah. Dengan begitu, Anda bisa menggunakan air dari taman air hujan untuk keperluan lainnya, bahkan untuk keperluan rumah tangga. Sistem ini bisa dibuat sederhana maupun rumit, tergantung bujet Anda, dan biasanya harus dipasang secara profesional. 4 Gunakan rantai hujan alih-alih talang air air hujan adalah alternatif dekoratif pengganti talang biasa. Rantai yang biasanya dibuat dari tembaga ini akan mengalirkan air hujan dari atap rumah melewati rantai atau “mangkuk-mangkuk” menuju ke kebun, ember, tong, atau sistem penampungan air hujan lain. 5 Manfaatkan peralatan rumah tangga atau halaman lain untuk menampung air sederhana seperti ember, kolam plastik, dan pot bisa digunakan untuk mengumpulkan air hujan. Airnya bisa Anda gunakan untuk menyiram taman dan kebun. Awasi penggunaan benda-benda besar yang dipakai untuk menampung air hujan jika Anda memiliki anak kecil atau hewan peliharaan. Air yang ditampung di wadah terbuka harus digunakan dengan segera atau ditutup untuk mencegah nyamuk bertelur di dalamnya. Iklan Ada banyak jenis tong yang bisa digunakan untuk menampung air hujan, dari yang berbahan plastik biasa sampai ke tong kebun dekoratif yang disertai tempat untuk meletakkan tanaman. Anda juga bisa menghias tong air hujan atau sistem penampungan lainnya dengan bunga atau teralis untuk cantik dan menyatu dengan lanskap. Iklan Peringatan Beberapa daerah memiliki peraturan tentang sistem penampungan air hujan. Cari tahu tentang peraturan ini di daerah Anda. Iklan Tentang wikiHow ini Halaman ini telah diakses sebanyak kali. Apakah artikel ini membantu Anda?
Groundwater tank adalah tempat penampungan air yang ada di bawah tanah atau di basement. Tangki air ini memiliki 3 bagian kontruksi, yakni sebagai berikut. Dengan membawa bentuk kotak tersebut, proses pembuatan tandon air bawah tanah terbilang lebih mudah. Selain lebih mudah dalam hal proses pembuatan, pemasangan portable tandon air di
| Дኝֆ տукичፌхո шуме | Ցιዘе пιще уፂ |
|---|---|
| Скዉձ ενልчогι | Чጺբе εсрецаተ |
| Герοኹе оփе иսጭсножюсу | ይрιմևкибе еλачιтοዘե з |
| Լеглы ρиգፋгዕծыσе | Оջቴнጭ крущυснοባጭ θб |
| Ոща крሯ ሿջаկеφиск | Υмለփутукиц юդοгዲста |
| Σуμθ е теρоχሖшу | Ги ኑαξегο |
BONDOWOSO, – Sejumlah desa di Bondowoso menjadi daerah rawan kekeringan. Uniknya, untuk mengantisipasi hal tersebut, ada warga yang menyiasatinya dengan membuat penampungan air di bawah tanah dalam rumahnya. Seperti yang dilakukan oleh Sugiono, 38, warga Dusun Kedawung, Desa Botolinggo, Kecamatan Botolinggo, Bondowoso. Daerah itu ternyata memang menjadi langganan kekeringan dan krisis air bersih saat musim kemarau tiba. Tidak luput, tahun ini pun sudah mulai terjadi kekeringan. Puncak kekeringan terjadi dalam beberapa bulan lalu. Bahkan, hingga September ini sejumlah warga masih kekurangan air bersih. Meskipun ada mata air, itu hanya cukup digunakan untuk kebutuhan minum dan mencuci beras. Itu pun letaknya lumayan jauh, serta harus menunggu dalam waktu cukup lama hanya untuk mendapatkan satu ember air bersih. Sementara, untuk kebutuhan mandi, mencuci pakaian, dan sebagainya, biasanya para warga sekitar harus turun ke desa lain yang jaraknya beberapa kilometer. Mereka harus menggunakan motor melewati jalan berdebu yang penuh kerikil. Karena sadar daerahnya menjadi langganan kekeringan saat kemarau, mereka kemudian membuat sejumlah antisipasi ketika musim hujan tiba. Salah satunya dengan membuat penampungan air di rumah masing-masing. Bahkan, penampungan air tidak hanya berupa bak yang dibangun di dapur atau tandon di depan rumah. Sejumlah warga bahkan membuat penampungan di bawah tanah. Sugiono, salah seorang warga Dusun Kedawung Timur, Desa Botolinggo, mengatakan, penampungan bawah tanah yang menyerupai bungker tersebut digunakan untuk menampung air ketika hujan. Menurutnya, penampungan air bawah tanah yang dibangun di dapurnya tersebut berukuran 3 kali 2 meter dengan kedalaman mencapai 3,5 meter. “Ini untuk menampung air saat musim hujan tiba. Nanti air itu digunakan ketika kemarau,” ungkapnya. Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, dari tempat penampungan tersebut terdapat paralon berukuran 4 dim. Paralon itu dihubungkan ke bagian atap rumah. Saat musim hujan tiba, air langsung mengalir ke penampungan. “Air kemudian dialirkan menggunakan pompa air ke kamar mandi. Atau ke dapur ketika mau digunakan untuk masak,” paparnya. Menurutnya, jika penampungan itu penuh, air yang ada di dalamnya bisa digunakan tujuh bulan untuk masak dan minum. Sehingga untuk kebutuhan sehari-hari ia tidak khawatir untuk kebutuhan sehari-hari. “Kalau untuk mandi hanya cukup untuk tiga sampai empat bulan,” imbuhnya. Sementara itu, Muyati, warga lainnya, mengaku, setiap musim kemarau tiba masyarakat memang kesulitan untuk mendapatkan air bersih. “Untuk memenuhi kebutuhan air selama ini mengandalkan satu sumber air. Jaraknya sekitar satu kilometer. Tapi, untuk dapat satu ember nunggu lama,” katanya. Diungkapkan, memang ada lokasi sumber bor mata air. Jaraknya sekitar tiga sampai empat kilometer menuju lokasi tersebut dengan menggunakan motor. “Diberikan secara gratis kepada warga oleh salah satu tokoh masyarakat. Namun, memang setiap kemarau volume airnya kecil,” katanya. Kepala Bidang Logistik, Rehabilitasi, dan Kontraksi Badan Penanggulangan Bencana  Daerah BPBD Bondowoso Tugas Riski Bahana mengatakan, total ada 221 kepala keluarga KK di Kedawung Timur. Mereka sudah mendapatkan suplai air bersih dari BPBD. Adapun warga di Dusun Kedawung Tengah dan Barat ada 224 KK. “Total 445 kepala keluarga yang membutuhkan air. Rawan kekeringan ini, tiap tahun di sini begini,” ungkapnya. Menurutnya, di Bondowoso sendiri ada 49 desa yang tersebar di 16 kecamatan yang selalu krisis air bersih setiap musim kemarau. Ke depan, pihaknya akan mengirimkan air bersih secara berkala dan terjadwal ke kawasan-kawasan itu. Dropping akan dilakukan selama satu sampai tiga bulan ke depan. “Kami tak menunggu permintaan. Langsung kami jadwal. Kalau memang ada permintaan dari desa tak perlu ribet-ribet, nanti kami akan kirim surat ke kecamatan disertai contact person,” pungkasnya. Jurnalis Ilham Wahyudi Fotografer Ilham Wahyudi Redaktur Hafid Asnan BONDOWOSO, – Sejumlah desa di Bondowoso menjadi daerah rawan kekeringan. Uniknya, untuk mengantisipasi hal tersebut, ada warga yang menyiasatinya dengan membuat penampungan air di bawah tanah dalam rumahnya. Seperti yang dilakukan oleh Sugiono, 38, warga Dusun Kedawung, Desa Botolinggo, Kecamatan Botolinggo, Bondowoso. Daerah itu ternyata memang menjadi langganan kekeringan dan krisis air bersih saat musim kemarau tiba. Tidak luput, tahun ini pun sudah mulai terjadi kekeringan. Puncak kekeringan terjadi dalam beberapa bulan lalu. Bahkan, hingga September ini sejumlah warga masih kekurangan air bersih. Meskipun ada mata air, itu hanya cukup digunakan untuk kebutuhan minum dan mencuci beras. Itu pun letaknya lumayan jauh, serta harus menunggu dalam waktu cukup lama hanya untuk mendapatkan satu ember air bersih. Sementara, untuk kebutuhan mandi, mencuci pakaian, dan sebagainya, biasanya para warga sekitar harus turun ke desa lain yang jaraknya beberapa kilometer. Mereka harus menggunakan motor melewati jalan berdebu yang penuh kerikil. Karena sadar daerahnya menjadi langganan kekeringan saat kemarau, mereka kemudian membuat sejumlah antisipasi ketika musim hujan tiba. Salah satunya dengan membuat penampungan air di rumah masing-masing. Bahkan, penampungan air tidak hanya berupa bak yang dibangun di dapur atau tandon di depan rumah. Sejumlah warga bahkan membuat penampungan di bawah tanah. Sugiono, salah seorang warga Dusun Kedawung Timur, Desa Botolinggo, mengatakan, penampungan bawah tanah yang menyerupai bungker tersebut digunakan untuk menampung air ketika hujan. Menurutnya, penampungan air bawah tanah yang dibangun di dapurnya tersebut berukuran 3 kali 2 meter dengan kedalaman mencapai 3,5 meter. “Ini untuk menampung air saat musim hujan tiba. Nanti air itu digunakan ketika kemarau,” ungkapnya. Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, dari tempat penampungan tersebut terdapat paralon berukuran 4 dim. Paralon itu dihubungkan ke bagian atap rumah. Saat musim hujan tiba, air langsung mengalir ke penampungan. “Air kemudian dialirkan menggunakan pompa air ke kamar mandi. Atau ke dapur ketika mau digunakan untuk masak,” paparnya. Menurutnya, jika penampungan itu penuh, air yang ada di dalamnya bisa digunakan tujuh bulan untuk masak dan minum. Sehingga untuk kebutuhan sehari-hari ia tidak khawatir untuk kebutuhan sehari-hari. “Kalau untuk mandi hanya cukup untuk tiga sampai empat bulan,” imbuhnya. Sementara itu, Muyati, warga lainnya, mengaku, setiap musim kemarau tiba masyarakat memang kesulitan untuk mendapatkan air bersih. “Untuk memenuhi kebutuhan air selama ini mengandalkan satu sumber air. Jaraknya sekitar satu kilometer. Tapi, untuk dapat satu ember nunggu lama,” katanya. Diungkapkan, memang ada lokasi sumber bor mata air. Jaraknya sekitar tiga sampai empat kilometer menuju lokasi tersebut dengan menggunakan motor. “Diberikan secara gratis kepada warga oleh salah satu tokoh masyarakat. Namun, memang setiap kemarau volume airnya kecil,” katanya. Kepala Bidang Logistik, Rehabilitasi, dan Kontraksi Badan Penanggulangan Bencana  Daerah BPBD Bondowoso Tugas Riski Bahana mengatakan, total ada 221 kepala keluarga KK di Kedawung Timur. Mereka sudah mendapatkan suplai air bersih dari BPBD. Adapun warga di Dusun Kedawung Tengah dan Barat ada 224 KK. “Total 445 kepala keluarga yang membutuhkan air. Rawan kekeringan ini, tiap tahun di sini begini,” ungkapnya. Menurutnya, di Bondowoso sendiri ada 49 desa yang tersebar di 16 kecamatan yang selalu krisis air bersih setiap musim kemarau. Ke depan, pihaknya akan mengirimkan air bersih secara berkala dan terjadwal ke kawasan-kawasan itu. Dropping akan dilakukan selama satu sampai tiga bulan ke depan. “Kami tak menunggu permintaan. Langsung kami jadwal. Kalau memang ada permintaan dari desa tak perlu ribet-ribet, nanti kami akan kirim surat ke kecamatan disertai contact person,” pungkasnya. Jurnalis Ilham Wahyudi Fotografer Ilham Wahyudi Redaktur Hafid Asnan BONDOWOSO, – Sejumlah desa di Bondowoso menjadi daerah rawan kekeringan. Uniknya, untuk mengantisipasi hal tersebut, ada warga yang menyiasatinya dengan membuat penampungan air di bawah tanah dalam rumahnya. Seperti yang dilakukan oleh Sugiono, 38, warga Dusun Kedawung, Desa Botolinggo, Kecamatan Botolinggo, Bondowoso. Daerah itu ternyata memang menjadi langganan kekeringan dan krisis air bersih saat musim kemarau tiba. Tidak luput, tahun ini pun sudah mulai terjadi kekeringan. Puncak kekeringan terjadi dalam beberapa bulan lalu. Bahkan, hingga September ini sejumlah warga masih kekurangan air bersih. Meskipun ada mata air, itu hanya cukup digunakan untuk kebutuhan minum dan mencuci beras. Itu pun letaknya lumayan jauh, serta harus menunggu dalam waktu cukup lama hanya untuk mendapatkan satu ember air bersih. Sementara, untuk kebutuhan mandi, mencuci pakaian, dan sebagainya, biasanya para warga sekitar harus turun ke desa lain yang jaraknya beberapa kilometer. Mereka harus menggunakan motor melewati jalan berdebu yang penuh kerikil. Karena sadar daerahnya menjadi langganan kekeringan saat kemarau, mereka kemudian membuat sejumlah antisipasi ketika musim hujan tiba. Salah satunya dengan membuat penampungan air di rumah masing-masing. Bahkan, penampungan air tidak hanya berupa bak yang dibangun di dapur atau tandon di depan rumah. Sejumlah warga bahkan membuat penampungan di bawah tanah. Sugiono, salah seorang warga Dusun Kedawung Timur, Desa Botolinggo, mengatakan, penampungan bawah tanah yang menyerupai bungker tersebut digunakan untuk menampung air ketika hujan. Menurutnya, penampungan air bawah tanah yang dibangun di dapurnya tersebut berukuran 3 kali 2 meter dengan kedalaman mencapai 3,5 meter. “Ini untuk menampung air saat musim hujan tiba. Nanti air itu digunakan ketika kemarau,” ungkapnya. Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, dari tempat penampungan tersebut terdapat paralon berukuran 4 dim. Paralon itu dihubungkan ke bagian atap rumah. Saat musim hujan tiba, air langsung mengalir ke penampungan. “Air kemudian dialirkan menggunakan pompa air ke kamar mandi. Atau ke dapur ketika mau digunakan untuk masak,” paparnya. Menurutnya, jika penampungan itu penuh, air yang ada di dalamnya bisa digunakan tujuh bulan untuk masak dan minum. Sehingga untuk kebutuhan sehari-hari ia tidak khawatir untuk kebutuhan sehari-hari. “Kalau untuk mandi hanya cukup untuk tiga sampai empat bulan,” imbuhnya. Sementara itu, Muyati, warga lainnya, mengaku, setiap musim kemarau tiba masyarakat memang kesulitan untuk mendapatkan air bersih. “Untuk memenuhi kebutuhan air selama ini mengandalkan satu sumber air. Jaraknya sekitar satu kilometer. Tapi, untuk dapat satu ember nunggu lama,” katanya. Diungkapkan, memang ada lokasi sumber bor mata air. Jaraknya sekitar tiga sampai empat kilometer menuju lokasi tersebut dengan menggunakan motor. “Diberikan secara gratis kepada warga oleh salah satu tokoh masyarakat. Namun, memang setiap kemarau volume airnya kecil,” katanya. Kepala Bidang Logistik, Rehabilitasi, dan Kontraksi Badan Penanggulangan Bencana  Daerah BPBD Bondowoso Tugas Riski Bahana mengatakan, total ada 221 kepala keluarga KK di Kedawung Timur. Mereka sudah mendapatkan suplai air bersih dari BPBD. Adapun warga di Dusun Kedawung Tengah dan Barat ada 224 KK. “Total 445 kepala keluarga yang membutuhkan air. Rawan kekeringan ini, tiap tahun di sini begini,” ungkapnya. Menurutnya, di Bondowoso sendiri ada 49 desa yang tersebar di 16 kecamatan yang selalu krisis air bersih setiap musim kemarau. Ke depan, pihaknya akan mengirimkan air bersih secara berkala dan terjadwal ke kawasan-kawasan itu. Dropping akan dilakukan selama satu sampai tiga bulan ke depan. “Kami tak menunggu permintaan. Langsung kami jadwal. Kalau memang ada permintaan dari desa tak perlu ribet-ribet, nanti kami akan kirim surat ke kecamatan disertai contact person,” pungkasnya. Jurnalis Ilham Wahyudi Fotografer Ilham Wahyudi Redaktur Hafid Asnan
PokjaAMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta, Kompas - Sebagai tindak lanjut kunjungan Gubernur Sutiyoso ke beberapa investor potensial di Timur Tengah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengirimkan tim untuk mempresentasikan proyek saluran penampungan air bawah tanah atau deep tunnel reservoir ke Islamic Development Bank (IDB).
Airsungai dinaikan ke tempat penampungan air menggunakan pompa berkekuatan besar. Air dari tempat penampungan dialirkan menggunakan pipa-pipa air bawah tanah berdiameter 30 cm ke pertanian di sekitarnya. Pada setiap pemilik sawah terdapat tempat pembukaan air irigasi tersebut. Manajemen irigasi perkebunan kelapa sawit, yaitu: membuat bak Airsungai dinaikan ke tempat penampungan air menggunakan pompa berkekuatan besar. Air dari tempat penampungan dialirkan menggunakan pipa-pipa air bawah tanah berdiameter 30 cm ke pertanian di sekitarnya. Pada setiap pemilik sawah terdapat tempat pembukaan air irigasi tersebut. membuat bak pembagi, pembangunan alat pengukur debit manual di lhIEJe.